RUMAH929.COM
Mohon komen di sini! ()
Demo Site

Senin, 18 Februari 2013

Indahnya pacaran setelah menikah

saat ini bisa kita lihat pasangan pasangan muda mudi jalan bersama, makan bersama, nonton film bersama seperti layaknya pasangan yang tak terpisahkan. meraka kadang sampai berikrar kalo akan selalu bersama dunia dan akherat. emang akherat gimana sih….kok beraninya janji kalo akan bersama di akherat.
bagi sebagian mereka pegangan tangan, cium tangan, sampai ke yang lebih dalam lagi dilakukan. banyak dari mereka sampai melakukan hal hal yang hanya diperbolehkan bagi sepasang suami istri. hari hari mereka terasa indah katanya.
ada yang melalukan itu dalam hitungan hari, bulan atau bahkan tahun. ada yang berlanjut sampai nikah dan ada pula yang akhirnya putus di tengah jalan tanpa tahu sebab pastinya. kalo dah gini siapa yang rugi???
bagi yang sampai menikah pun biasanya masalah mulai akan nampak ketika mereka sudah resmi jadi suami istri. semua sifat dan kelakuan asli muncul yang selama pacaran selalu ditutup tutupi demi sang kekasih. pertengkaran demi pertengkaranpun datang silih berganti. maka tak heran jika kita sering melihat rumah tangga yang berujung pada perceraian. biasanya alasan sepele saja, “sudah tidak cocok lagi”.
so mana manfaat pacaran??? bagaimana janji janji yang akan sehidup semati?. ini semua disebabkan karena kita tidak menjadikan islam sebagai guide dalam kehidupan. kalo kita bisa merubah atau menjalankan pacaran secara islami, insya Allah semua akan selalu dalam karunia Allah.
emang pacaran islami gimana? dalam islam jelas dilarang berduaan dua orang yang bukan mukhrim karena yang ketiga adalah syetan. so biar aman ya kita harus jadi mukhrim dulu dangan orang yang kita cintai. so menikah gitu?? yup menikah.
menikah adalah cara yang diajarkan islam dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia akan pasangannya. setelah menikah kita bisa melakukan apa saja dengan pasangan kita. dan isnya Allah bernilai pahala.
alhamdulillah sudah mulai banyak saudara saudara kita yang tahu akan pentinya hal ini. sudah banyak temen temen atau adik adik kita yang sudah menikah ketika masih kulian. semoha Allah memudahkan semua urusannya.
nah disinikan indahnya pacaran setelah menikah. kita ga takut atau ngumpet ngumpet. kita ga takut diketahui oarang lain. kita bisa melakukan apa aja. kan sudah halal hehheheh. beda sekali sama yang pacaran sebelum nikah kan.
kita akan selalu saling mengingatkan atau memeberi semangat. karena dasar dari cinta ini adalah Allah, so semua mencari ridho Allah. setelah nikah bukan pertengkaran yang didapat tapi kedekatan yang muncul. dengan berjalannya waktu cinta dan sayang akan semakin kuat karena bukan didasari dengan kebohongan dan pura pura.
semoga temen temen yang baca tulisan ini segera bisa memulai pacaran yang islami. sehingga bisa segera merasakan indahnya pacaran setelah menikah.
mohon maaf kalo ada salah dikata. kalo ada kebaikan itu dari Allah semata.

Minggu, 10 Februari 2013

Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim

Habib Lutfi dilahirkan di Pekalongan pada hari Senin, pagi tanggal 27 Rajab tahun 1367 H. Bertepatan tanggal 10 November, tahun 1947 M.
nasab beliau :

• Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Umar bin Thoha bin Hasan bin Thoha bin Muhammad al-Qodhi bin Thoha bin Muhammad bin Syekh bin Ahmad bin Yahya Ba’Alawy bin Hasan bin Alwy bin Ali bin Al Imam Alwy an-Nasiq bin Al Imam Muhammad Maulad Dawileh bin Imam Ali Maula Darrak bin Al Imam Alwy Al-Ghuyyur bin Al iMam Al-Faqih al-Muqaddam Muhammd Ba’Alawy bin Al Imam Ali bin Al Imam Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali Qasam bin Alwy bin Muhammad bin Alwy Ba’Alawy bin Al Imam Ubaidullah bin Al Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al Imam Isa an-Naqib ar-Rumi bin Al Imam Muhammad an-Naqib bin Al Imam Ali al-Uraidhi bin Al Imam Ja’far Shadiq bin Al Imam Muhammad al-Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abiddin bin Al Imam Husein ash-Sibth bin Sayidatina Fathimah az-Zahra + Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib – Rasulullah SAW
Pendidikan pertama Habib Luthfi diterima dari ayahanda Al Habib Al Hafidz ‘Ali Al Ghalib. Selanjutnya beliau belajar di Madrasah Salafiah. Guru-guru beliau di Madrasah itu diantaranya:
• Al Alim al ‘Alamah Sayid Ahmad bin ‘Ali bin Al Alamah al Qutb As Sayid ‘Ahmad bin Abdullah bin Thalib al Athas
• Sayid al Habib al ‘Alim Husain bin Sayid Hasyim bin Sayid Umar bin Sayid Thaha bin Yahya (paman beliau sendiri)
• Sayid al ‘Alim Abu Bakar bin Abdullah bin ‘Alawi bin Abdullah bin Muhammad al ‘Athas Bâ ‘Alawi
• Sayid ‘Al Alim Muhammad bin Husain bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib al ‘Athas Bâ ‘Alawi.
Beliaubelajar di madrasah tersebut selama tiga tahun.
Perjalanan Ilmiah
Selanjutnya pada tahun 1959 M, beliau melanjutkan studinya ke pondok pesantren Benda Kerep, Cirebon. Kemudian Indramayu, Purwokerto dan Tegal. Setelah itu beliau melaksanakan ibadah haji serta menjiarahi datuknya Rasulullah Saw., disamping menimba ilmu dari ulama dua tanah Haram; Mekah-Madinah. Beliau menerima ilmu syari’ah, thariqah dan tasawuf dari para ulama-ulama besar, wali-wali Allah yang utama, guru-guru yang penguasaan ilmunya tidak diragukan lagi.
Dari Guru-guru tersebut beliau mendapat ijazah Khas (khusus), dan juga ‘Am (umum) dalam Da’wah dan nasyru syari’ah (menyebarkan syari’ah), thariqah, tashawuf, kitab-kitab hadits, tafsir, sanad, riwayat, dirayat, nahwu, kitab-kitab tauhid, tashwuf, bacaan-bacaan aurad, hizib-hizib, kitab-kitab shalawat, kitab thariqah, sanad-sanadnya, nasab, kitab-kitab kedokteran. Dan beliau juga mendapat ijazah untuk membai’at.
Silsilah Thariqah dan Baiat:
Al Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya mengambil thariqah dan hirqah Muhammadiah dari para tokoh ulama. Dari guru-gurunya beliau mendapat ijazah untuk membaiat dan menjadi mursyid. Diantara guru-gurunya itu adalah:
Thariqah Naqsyabandiah Khalidiyah dan Syadziliah al ‘Aliah
Dari Al Hafidz al Muhadits al Mufasir al Musnid al Alim al Alamah Ghauts az Zaman Sayidi Syekh Muhammad Ash’ad Abd Malik bin Qutb al Kabir al Imam al Alamah Sayidi Syekh Muhammad Ilyas bin Ali bi Hamid
• Sanad Naqsyabandiayah al Khalidiyah:
Sayidi Syekh ash’ad Abd Malik dari bapaknya Sayidi Syekh Muhammad Ilyas bin Ali bi Hamid dari Quth al Kabir Sayid Salaman Zuhdi dari Qutb al Arif Sulaiman al Quraimi dari Qutb al Arif Sayid Abdullah Afandi dari Qutb al Ghauts al Jami’ al Mujadid Maulana Muhammad Khalid sampai pada Qutb al Ghauts al Jami’ Sayidi Syah Muhammad Baha’udin an Naqsyabandi al Hasni.
• Syadziliyah :
Dari Sayidi Syekh Muhammad Ash’Ad Abd Malik dari al Alim al al Alamah Ahmad an Nahrawi al Maki dari Mufti Mekah-Madinah al Kabir Sayid Shalih al Hanafi ra.
Thariqah al ‘Alawiya al ‘Idrusyiah al ‘Atha’iyah al Hadadiah dan Yahyawiyah:
• Dari al Alim al Alamah Qutb al Kabir al Habib ‘Ali bin Husain al ‘Athas.
• Afrad Zamanihi Akabir Aulia al Alamah al habib Hasan bin Qutb al Ghauts Mufti al kabir al habib al Iamam ‘Utsman bin Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya Bâ ‘Alawi.
• Al Ustadz al kabir al Muhadits al Musnid Sayidi al Al Alamah al Habib Abdullah bin Abd Qadir bin Ahmad Bilfaqih Bâ ‘Alawi.
• Al Alim al Alamah al Arif billah al Habib Ali bin Sayid Al Qutb Al Al Alamah Ahmad bin Abdullah bin Thalib al ‘Athas Bâ ‘Alawi.
• Al Alim al Arif billah al Habib Hasan bin Salim al ‘Athas Singapura.
• Al Alim al Alamah al Arif billah al Habib Umar bin Hafidz bin Syekh Abu Bakar bin Salim Bâ ‘Alawi.
Dari guru-guru tersebut beliau mendapat ijazah menjadi mursyid, hirqah dan ijazah untuk baiat, talqin dzikir khas dan ‘Am.
Thariqah Al Qadiriyah an Naqsyabandiyah:
• Dari Al Alim al Alamah tabahur dalam Ilmu syaria’at, thariqah, hakikat dan tashawuf Sayidi al Imam ‘Ali bin Umar bin Idrus bin Zain bin Qutb al Ghauts al Habib ‘Alawi Bâfaqih Bâ ‘Alawi Negara Bali. Sayid Ali bin Umar dari Al Alim al Alamah Auhad Akabir Ulama Sayidi Syekh Ahmad Khalil bin Abd Lathif Bangkalan. ra.
Dari kedua gurunya itu, al Habib Muhammad Luthfi mendapat ijazah menjadi mursyid, hirqah, talqin dzikir dan ijazah untuk bai’at talqin.
Jami’uthuruq (semua thariqat) dengan sanad dan silsilahnya:
Al Imam al Alim al Alamah al Muhadits al Musnid al Mufasir Qutb al Haramain Syekh Muhammad al Maliki bin Imam Sayid Mufti al Haramain ‘Alawi bin Abas al Maliki al Hasni al Husaini Mekah.
Dari beliau, Maulana Habib Luthfi mendapat ijazah mursyid, hirqah, talqin dzikir, bai’at khas, dan ‘Am, kitab-kitab karangan syekh Maliki, wirid-wirid, hizib-hizib, kitab-kitab hadis dan sanadnya.
Thariqah Tijaniah:
• Al Alim al Alamah Akabir Aulia al Kiram ra’su al Muhibin Ahli bait Sayidi Sa’id bin Armiya Giren Tegal. Kiyai Sa’id menerima dari dua gurunya; pertama Syekh’Ali bin Abu Bakar Bâsalamah. Syekh Ali bin Abu Bakar Bâsalamah menerima dari Sayid ‘Alawi al Maliki. Kedua Syekh Sa’id menerima langsung dari Sayid ‘Alawi al Maliki.
Dari Syekh Sa’id bin Armiya itu Maulana Habib Luthfi mendapat ijazah, talqin dzikir, dan menjadi mursyid dan ijazah bai’at untuk khas dan ‘am.
Kegiatan-kegiatan Maulana Habib:
• Pengajian Thariqah tiap jum’at Kliwon pagi (Jami’ul Usul thariq al Aulia).
• Pengajian Ihya Ulumidin tiap Selasa malam.
• Pengajian Fath Qarib tiap Rabu pagi(husus untuk ibu-ibu)
• Pengajian Ahad pagi, pengajian thariqah husus ibu-ibu.
• Pengajian tiap bulan Ramadhan (untuk santri tingkat Aliyah).
• Da’wah ilallah berupa umum di berbagai daerah di Nusantara.
• Rangakain Maulid Kanzus (lebih dari 60 tempat) di kota Pekalongan dan daerah sekitarnya. Dan kegiatan lainnya.
Jabatan Organisasi:
• Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah.
• Ketua Umum MUI Jawa Tengah dll.

Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Muhammad Assaqof Gresik

Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Muhammad Assaqof Gresik
Silsilah beliau adalah : Habib Abubakar bin Muhammad bin Umar bin Abubakar bin Imam Wadi Al-Ahqaf Umar bin Segaf bin Muhammad bin Umar bin Toha bin Umar Ash-Shofi bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawiliyah bin Ali bin Alwi Al-Ghuyyur bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Sahib Mirbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin ‘Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali-‘Uraidhi bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam.
Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Muhammad Assegaf lahir di kota Besuki, Jawa Timur, pada tahun 1285 H. Semenjak kecil beliau sudah ditinggal oleh ayahnya yang wafat di kota Gresik. Pada tahun 1293 H, Habib Abubakar kemudian berangkat ke Hadramaut karena memenuhi permintaan nenek beliau, Syaikhah Fatimah binti Abdullah ‘Allan.
Beliau berangkat kesana ditemani dengan Al-Mukarram Muhammad Bazmul. Sesampainya disana, beliau disambut oleh paman, sekaligus juga gurunya, yaitu Abdullah bin Umar Assegaf, beserta keluarganya. Kemudian beliau tinggal di kediaman Al-Arif Billah Al-Habib Syeikh bin Umar bin Saggaf Assegaf.
Di kota Seiwun beliau belajar ilmu figih dan tasawuf kepada pamannya Al-Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Hiduplah beliau dibawah bimbingan gurunya itu. Bahkan beliau dibiasakan oleh gurunya untuk bangun malam dan shalat tahajud meskipun usia beliau masih kecil. Selain berguru kepada pamannya, beliau juga mengambil ilmu dari para ulama besar yang ada disana. Diantara guru-guru beliau disana antara lain :
Al-Habib Al-Qutub Ali bin Muhammad Alhabsyi
Al-Habib Muhammad bin Ali Assegaf
Al-Habib Idrus bin Umar Alhabsyi
Al-Habib Ahmad bin Hasan Alatas
Al-Habib Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur (Mufti Hadramaut saat itu).
Al-Habib Syeikh bin Idrus Alaydrus
Al-Habib Al-Qutub Ali bin Muhamad Alhabsyi sungguh telah melihat tanda-tanda kebesaran dalam diri Habib Abubakar dan akan menjadi seorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi. Al-Habib Ali Alhabsyi berkata kepada seorang muridnya, “Lihatlah mereka itu, 3 wali min auliyaillah, nama mereka sama, keadaan mereka sama, dan kedudukan mereka sama. Yang pertama, sudah berada di alam barzakh, yaitu Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Abdullah Alaydrus. Yang kedua, engkau sudah pernah melihatnya pada saat engkau masih kecil, yaitu Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Abdullah Alatas. Dan yang ketiga, engkau akan melihatnya di akhir umurmu”.
Ketika usia murid tersebut sudah menginjak usia senja, ia bermimpi melihat Nabi SAW 5 kali dalam waktu 5 malam berturut-turut. Dalam mimpinya itu, Nabi SAW berkata kepadanya, “(terdapat kebenaran) bagi yang melihatku di setiap kali melihat. Kami telah hadapkan kepadamu cucu yang sholeh, yaitu Abubakar bin Muhammad Assegaf. Perhatikanlah ia”.
Murid tersebut sebelumnya belum pernah melihat Habib Abubakar, kecuali di mimpinya itu. Setelah itu ingatlah ia dengan perkataan gurunya, Al-Habib Ali Alhabsyi, “Lihatlah mereka itu, 3 wali min auliyaillah…”. Tidak lama setelah kejadian mimpinya itu, ia pun meninggal dunia, persis sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Habib Ali bahwa ia akan melihat Habib Abubakar di akhir umurnya.
Setelah menuntut ilmu disana, pada tahun 1302 H beliau pun akhirnya kembali ke pulau Jawa bersama Habib Alwi bin Saggaf Assegaf, dan menuju kota Besuki. Disinilah beliau mulai mensyiarkan dakwah Islamiyyah di kalangan masyarakat. Kemudian pada tahun 1305 H, disaat usia beliau masih 20 tahun, beliau pindah menuju kota Gresik.
Di pulau Jawa, beliaupun masih aktif mengambil ilmu dan manfaat dari ulama-ulama yang ada disana saat itu, diantaranya yaitu :
Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Bogor)
Al-Habib Abdullah bin Ali Alhaddad (wafat di Jombang)
Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas (Pekalongan)
Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Umar Bin Yahya (Surabaya)
Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya)
Al-Habib Muhammad bin Ahmad Almuhdhor (wafat di Surabaya)
Pada suatu hari disaat menunaikan shalat Jum’at, datanglah ilhaamat rabbaniyyah kepada diri beliau untuk ber- uzlah dan mengasingkan diri dari keramaian duniawi dan godaannya, menghadap kebesaran Ilahiah, ber-tawajjuh kepada Sang Pencipta Alam, dan menyebut keagungan nama-Nya di dalam keheningan. Hal tersebut beliau lakukan dengan penuh kesabaran dan ketabahan.
Waktu pun berjalan demi waktu, sehingga tak terasa sudah sampai 15 tahun lamanya. Beliau pun akhirnya mendapatkan ijin untuk keluar dari uzlahnya, melalui isyarat dari guru beliau, yaitu Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi. Berkata Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi, “Kami memohon dan ber-tawajjuh kepada Allah selama 3 malam berturut-turut untuk mengeluarkan Abubakar bin Muhammad Assegaf dari uzlahnya”. Setelah keluar dari uzlahnya, beliau ditemani dengan Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi berziarah kepada Al-Imam Al-Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf.
Sehabis ziarah, beliau dengan gurunya itu langsung menuju ke kota Surabaya dan singgah di kediaman Al-Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Masyarakat Surabaya pun berbondong-bondong menyambut kedatangan beliau di rumah tersebut. Tak lama kemudian, Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi berkata kepada khalayak yang ada disana seraya menunjuk kepada Habib Abubakar, “Beliau adalah suatu khazanah daripada khazanah keluarga Ba’alawi. Kami membukakannya untuk kemanfaatan manusia, baik yang khusus maupun yang umum”.
Semenjak itu Habib Abubakar mulai membuka majlis taklim dan dzikir di kediamannya di kota Gresik. Masyarakat pun menyambut dakwah beliau dengan begitu antusias. Dakwah beliau tersebar luas…dakwah yang penuh ilmu dan ikhlas, semata-mata mencari ridhallah. Dalam majlisnya, beliau setidaknya telah mengkhatamkan kitab Ihya Ulumiddin sebanyak 40 kali. Dan merupakan kebiasaan beliau, setiap kali dikhatamkannya pembacaan kitab tersebut, beliau mengundang jamuan kepada masyarakat luas.
Beliau adalah seorang yang ghirahnya begitu tinggi dalam mengikuti jalan, atribut dan akhlak keluarga dan Salafnya Sadah Bani Alawi. Majlis beliau senantiasa penuh dengan mudzakarah dan irsyad menuju jalan para pendahulunya. Majlis beliau tak pernah kosong dari pembacaan kitab-kitab mereka. Inilah perhatian beliau untuk tetap menjaga thoriqah salafnya dan berusaha berjalan diatas… qadaman ala qadamin bi jiddin auza’i.
Itulah yang beliau lakukan semasa hayatnya, mengajak manusia kepada kebesaran Ilahi. Waktu demi waktu berganti, sampai kepada suatu waktu dimana Allah memanggilnya. Disaat terakhir dari akhir hayatnya, beliau melakukan puasa selama 15 hari, dan setelah itu beliau pun menghadap ke haribaan Ilahi. Beliau wafat pada tahun 1376 H pada usia 91 tahun. Jasad beliau disemayamkan di sebelah masjid Jami, Gresik.
Walaupun beliau sudah berpulang ke rahmatillah, kalam-kalam beliau masih terdengar dan membekas di hati para pendengarnya. Akhlak-akhlak beliau masih menggoreskan kesan mendalam di mata orang-orang yang melihatnya. Hal-ihwal beliau masih mengukir keindahan iman di kehidupan para pecintanya.
REFERENSI
Manaqib Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Muhammad Assegaf.

Jumat, 08 Februari 2013

Al Habib Salim Bin Abdullah Bin Umar Assyatiri Pengasuh Rubath Tarim-Yaman

Sulthonul `Ilim
Al Habib Salim Bin Abdullah Bin Umar Assyatiri Pengasuh Rubath Tarim-Yaman.
NASAB BELIAU
Habib Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Ali bin Husin bin Muhammad bin Ahmad bin Umar bin Alwi Asy-Syathiry bin Al-Fagih Ali bin Al-Qodhi Ahmad bin Muhammad Asaadulloh bin Hasan At-Turobi bin Ali bin
Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Garis nasab beliau adalah pohon nasab yang penuh petunjuk dan hidayah. Sebagaimana yang telah diisyaratkan dalam perkataan Al-Habib Abdulloh bin Alwi Alhaddad :
“Mereka mengikuti jejak Rasululloh dan para sahabatnya
serta para tabi’in maka berjalanlah kamu dan ikutilah mereka
Mereka berjalan menuju suatu jalan kemuliaan
generasi demi generasi dengan begitu kokohnya”
NASAB IBU DAN AYAH BELIAU
Adapun nasab ibu beliau yang sholihah afifah adalah Nur binti Umar bin Abdullah bin Husin bin Syihabuddin.
Ayah beliau adalah Al-Habib Umar bin Ahmad bin Umar Asy-Syathiry. Beliau Al-Habib Umar meninggal di kota Tarim pada tanggal 2 atau 4 Syawal 1350 H. Beliau adalah merupakan salah seorang pembesar kota Tarim yang terpandang, kaya raya, jenius dan pendapat-pendapatnya jitu dan diikuti.
Al-Habib Umar mempunyai andil yang cukup besar didalam mendidik anak-anaknya, memerintahkan mereka untuk menuntut ilmu dan menyebarluaskannya dalam dakwah fisabilillah. Kemuliaan dan keutamaan beliau yang terbesar adalah didalam mendidik dan mendorong putra-putranya agar menjadi orang besar serta kemampuan keuangannya didalam mencukupi putra-putranya.
MASA BELAJAR BELIAU
Ketika Al-Habib Abdulloh bin Umar Asy-Syathiry mencapai usia tamyiz (mampu makan, minum dan istinja’ tanpa dibantu orang lain), beliau diperintahkan oleh ayah dan kakeknya untuk mempelajari ilmu agama, yaitu belajar kitab Syeikh Barosyid. Beliau kemudian belajar membaca dan menulis serta membaca Al-Qur’an kepada 2 orang ulama yang paling terkemuka di jaman itu. Mereka adalah Syeikh Muhammad bin Sulaiman Bahalmi dan putranya Syeikh Abdurrahman. Setelah tamat belajar pada Syeikh Muhammad dan putranya, beliau yang masih kecil pada saat itu mengatur waktu belajarnya sendiri di qubah Al-Habib Abdullah bin Syeikh Alaydrus.
Teman akrab beliau saat belajar di qubah Al-Habib Abdulloh bin Syeikh Alaydrus adalah Al-Habib Abdul Bari’ bin Syeikh Alaydrus. Begitu dekat hubungan antara keduanya hingga Habib Abdul Bari Alaydrus berkata, “Al-Habib Abdulloh Asy-Syathiry benar-benar belajar denganku di qubah Al-Habib Abdullah bin Syeikh Alaydrus”.
Guru beliau yang mengajar disana waktu itu adalah Syihabuddin (lentera agama) Habib Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Alkaf. Habib Ahmad adalah orang yang sangat takwa. Selain Habib Ahmad Alkaf, guru beliau yang lain waktu itu adalah Al-Habib Syeikh bin Idrus bin Muhammad Alaydrus yang terkenal dengan selalu memakai pakaian yang terbaik. Beliau belajar dari kedua guru tersebut dalam bidang figih dan tasawuf, hingga beliau hafal beberapa juz Al-Qur’an. Beliau memiliki semangat belajar yang tinggi dan selalu mencurahkan waktunya untuk mendalami ilmu agama.
Setelah belajar dari kedua guru beliau tersebut, Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry melanjutkan belajar kepada Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur Mufti Dhiyar (pengarang kitab Bughyatul Murtarsyidin) dan juga belajar kepada Al-Habib Al-’Allamah penyebar bendera dakwah Al-Habib Alwi bin Abdurrahman bin Abubakar Almasyhur. Selain itu beliau juga mempelajari dari para ulama yang tinggal di kota Tarim ilmu-ilmu agama seperti figih, tafsir, hadits, tasawuf, mantiq (kalam) dan lain-lain.
Antusias beliau seakan tak pernah surut untuk semakin memperdalam ilmu agama. Untuk itu beliau pergi ke kota Seiwun. Disana beliau belajar kepada Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husin Alhabsyi (pengarang maulud Simthud Duror) selama 4 bulan. Meskipun tak seberapa lama, beliau benar-benar memanfaatkan waktu dan mengaturnya dengan baik, sehingga dengan waktu yang sedikit tersebut dapat menghasilkan ilmu yang lebih banyak dari yang beliau dapatkan sebelumnya. Selain itu beliau juga belajar kepada saudara Al-Habib Ali, yaitu Al-Habib Alwi bin Muhammad bin Husin Alhabsyi.
Setelah menamatkan pelajarannya, beliau kembali ke kota Tarim. Beliau tidak pernah merasa cukup untuk menuntut ilmu. Himmah (keinginan kuat) beliau untuk belajar tak pernah pudar, bahkan semakin bertambah, sehingga beliau dapat menghafalkan banyak matan terutama dalam ilmu figih seperti matan Al-Irsyad yang beliau hafalkan sampai bab Syuf’ah.
Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry berguru kepada Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur (mufti Dhiyar Hadramaut). Setelah itu, beliau pergi ke Seiwun untuk belajar kepada Al-Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi selama 4 bulan. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke kota Makkah dan belajar dari para ulama di kota tersebut selama 4 tahun.
Dalam sehari, tidak kurang dari 12 mata pelajaran yang dipelajari oleh beliau, diantaranya Nahwu, Tafsir, Figih, Tauhid dll. Seusai belajar, beliau pergi ke Multazam dan berdoa disana, “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar ilmuku dapat bermanfaat bagi seluruh penjuru dunia dari timur hingga ke barat”. Dan Allah akhirnya mengabulkan doa beliau. Setelah beliau menamatkan pelajarannya, beliau kembali pulang ke kota Tarim dan mengajar di Rubath Tarim selama 50 tahun.
Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri ( putra Habib Abdullah Asy-Syatiri ) di Rubath Tarim.
RUBATH TARIM
Rubath Tarim adalah rubath yang tertua di Hadramaut dan terletak di kota Tarim. Rubath ini usianya mencapai 118 tahun. Asy-Syeikh Abubakar Bin Salim yang hidup jauh sebelum masa Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry setiap kali pergi ke kota Tarim, beliau selalu berhenti di suatu tanah sambil berkata, “Tanah ini nantinya akan menjadi sebuah Rubath…”.
Benarlah apa dikatakan oleh beliau, diatas tanah itu akhirnya terbangunlah Rubath Tarim. Dikatakan di sebagian riwayat bahwa 2 wali min Auliyaillah Al-Fagih Al-Muqoddam dan Asy-Syeikh Abubakar Bin Salim selalu menjaga Rubath Tarim. Juga dikatakan bahwa setiap harinya arwah para auliya turut menghadiri majlis-majlis taklim di Rubath.
MURID-MURID BELIAU
Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry memiliki banyak murid yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Tidak kurang dari 13.000 ulama tercatat sebagai alumni Rubath (ma’had/ponpes) Tarim yang diasuh oleh beliau. Bahkan riwayat lain menyebutkan lebih dari 500.000 ulama pernah belajar dari beliau. Al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thohir Alhaddad sempat berkata, “Tidak pernah aku masuk ke suatu desa, kota atau tempat lainnya, kecuali aku dapatkan bahwa ulama-ulama di tempat tersebut adalah murid dari Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry atau murid dari murid beliau”.
Sebagian ulama alumni Rubath pimpinan Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry diantaranya adalah :
Di Hadramaut
1. Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman Bin Syeikh Abubakar
Beliau adalah pimpinan Rubath Syihir. Setelah beliau wafat, dilanjutkan oleh Al-Habib Kadhim bin Ja’far bin Muhammad Assegaf. Semasa belajar di Rubath Tarim, beliau Al-Habib Ahmad belum pernah tidur. Tempat tidur beliau selalu kosong dan rapi dan hal ini berlangsung selama 10 tahun.
2. Al-Habib Muhammad bin Abdullah Alhaddar
Beliau belajar kepada Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry selama 4 tahun. Semasa belajar, beliau selalu menghafal pelajaran di pinggiran atap (balkon) Rubath Tarim. Beliau pernah berkata, “Kalau saya masih mau hidup, saya harus menghafalkan pelajaran dan tidak boleh tidur”. Kalau hendak tidur, beliau selalu mengikat kakinya dengan tali dan diikatkan ke jendela kecil. Beliau hanya tidur selama beberapa jam. Sisanya dipergunakan untuk mendalami ilmu agama. Jika waktunya bangun, Al-Habib Alwi bin Abdullah Bin Syahab menarik tali yang terikat di kaki Al-Habib Muhammad sambil berseru, “Wahai Muhammad, bangunlah…!”, lalu terbangunlah beliau. Itulah sebagian mujahadah beliau sewaktu belajar di Rubath Tarim.
3. Al-Habib Hasan bin Ismail Alhamid
Beliau adalah pimpinan Rubath Inat. Di Rubath Tarim beliau belajar selama beberapa tahun, lalu beliau diperintahkan oleh Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry untuk membuka Rubath di kota Inat. Sampai sekarang Rubath Inat terus berkembang dan berkembang.
Di Indonesia
1. Al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfagih.
Beliau adalah seorang wali Qutub dan pimpinan Ma’had Darul Hadits Malang. Dari sebagian murid beliau diantaranya putera beliau sendiri Al-Habib Abdullah, Al-Habib Salim bin Ahmad Bin Jindan dll.
2. Al-Habib Abdullah bin Husin Al-’Attas As-Syami
Beliau seorang wali min auliyaillah dan tinggal di Jakarta. Sampai sekarang beliau masih ada (semoga Alloh memanjangkan umurnya dan memberikan manfaat kepada kita dari keberadaannya)
3. Al-Habib Abdullah bin Ahmad Alkaf
Beliau tinggal di kota Tegal. Beliau adalah ayah dari Ustadz Thohir Alkaf, seorang dai yang melanjutkan tongkat estafet dakwah ayahnya.
4. Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Alkaf
Beliau adalah pengarang kitab Sullamut Taysir.
Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri ( putra Habib Abdullah Asy-Syatiri ) di Rubath Tarim.
dan masih banyak lagi anak didik beliau Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry yang tak dapat ditulis satu persatu. Putera beliau Al-Habib Salim pernah ditanya oleh seseorang, “Kenapa Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry tidak mengarang kitab sebagaimana umumnya para ulama ?”. Beliau Al-Habib Salim menjawab, “Beliau tidak mengarang kitab, tapi mencetak ulama-ulama”.
AL-HABIB ABDULLAH ASY-SYATHIRY
Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry berguru kepada Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur (mufti Dhiyar Hadramaut). Setelah itu, beliau pergi ke Seiwun untuk belajar kepada Al-Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi selama 4 bulan. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke kota Makkah dan belajar dari para ulama di kota tersebut selama 4 tahun.
Dalam sehari, tidak kurang dari 12 mata pelajaran yang dipelajari oleh beliau, diantaranya Nahwu, Tafsir, Figih, Tauhid dll. Seusai belajar, beliau pergi ke Multazam dan berdoa disana, “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar ilmuku dapat bermanfaat bagi seluruh penjuru dunia dari timur hingga ke barat”. Dan Allah akhirnya mengabulkan doa beliau. Setelah beliau menamatkan pelajarannya, beliau kembali pulang ke kota Tarim dan mengajar di Rubath Tarim selama 50 tahun.
RUBATH TARIM
Rubath Tarim adalah rubath yang tertua di Hadramaut dan terletak di kota Tarim. Rubath ini usianya mencapai 118 tahun. Asy-Syeikh Abubakar Bin Salim yang hidup jauh sebelum masa Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry setiap kali pergi ke kota Tarim, beliau selalu berhenti di suatu tanah sambil berkata, “Tanah ini nantinya akan menjadi sebuah Rubath…”.
Benarlah apa dikatakan oleh beliau, diatas tanah itu akhirnya terbangunlah Rubath Tarim. Dikatakan di sebagian riwayat bahwa 2 wali min Auliyaillah Al-Fagih Al-Muqoddam dan Asy-Syeikh Abubakar Bin Salim selalu menjaga Rubath Tarim. Juga dikatakan bahwa setiap harinya arwah para auliya turut menghadiri majlis-majlis taklim di Rubath.
habib salim assyatiri

alexa